PUISI SAMEDI
Karya:Kifli Tunasly |
"samedi"
Ketika dia terbangun
Hatinya tak ada dibadannya
Mengembara sendiri
Mencari mimpi yang mengendap.
Hatinya tak ada dibadannya
Mengembara sendiri
Mencari mimpi yang mengendap.
Bulan tergelincir wangi malam
Kabut dan racun
Bersekutu memperdaya
Hatinya terus berjalan
Ah, betapa jauhnya jarak
Lampu jalanan padam tanpa bicara
Dia tersesat sendirian
Kabut dan racun
Bersekutu memperdaya
Hatinya terus berjalan
Ah, betapa jauhnya jarak
Lampu jalanan padam tanpa bicara
Dia tersesat sendirian
Ditatapnya rembulan dilangit
Hai angkasa luas
Kemana cinta diterbangkan muram ?
Arah mana ditempuhnya ?
Diruang mana disembunyikan ?
Telah lama direbut mengapa tak kunjung dikembalikan ?
Hai angkasa luas
Kemana cinta diterbangkan muram ?
Arah mana ditempuhnya ?
Diruang mana disembunyikan ?
Telah lama direbut mengapa tak kunjung dikembalikan ?
Sementara langit mencari jawab
Dia tertidur kelelahan
Diletakkan mimpinya ditanah subur
Benih mimpi bertunas lagi
Tak pernah mati
Tak ada kemarau membunuhnya
Hati itu berbunga
Dia tertidur kelelahan
Diletakkan mimpinya ditanah subur
Benih mimpi bertunas lagi
Tak pernah mati
Tak ada kemarau membunuhnya
Hati itu berbunga
Maka sebelum kembali kebadan
Dinyanyikannya lagu cinta
Wahai langit tujuan doa
Tangkap cinta dalam peluk MU
Katakan pada kelam
Besok aku kembali mencari
Angkuh dan dingin malam tak cukup membunuh cinta.
Dinyanyikannya lagu cinta
Wahai langit tujuan doa
Tangkap cinta dalam peluk MU
Katakan pada kelam
Besok aku kembali mencari
Angkuh dan dingin malam tak cukup membunuh cinta.
Bulan sepotong dilangit muram
Hadirkan mimpi ditanah batu
Burung malam beterbangan
Mengantar wajah yang kian asing
Mengapa harus diteriakkan cinta ?
Mengapa tidak DIA tahu sendiri ?
Malam sangat dingin
Menebar semarak wangi kenanga
Membangunkan PENGHUNI yang mengunci diri dihati sepi
Dipatahi NYA ranting kering
Menjadi pedang berujung tajam
Menikam dengan gemulai lembut
DIA bertamu dirumah NYA sendiri
Menyanyikan mimpi
Terbawa deras arus mengalir
Pergi semakin jauh
Tersisa hanya kerut waktu
Kelayuan tua tersia sia
Buah yang ranum tinggal kisut
Dicuci setiap malam
Dengan air bening maha dingin
Rindu tak pernah sampai keujung
Subuh telah tiba
DIA kembali kerumah NYA
Hanya meninggalkan nyanyi
Sebab besok malam DIA berkunjung kembali
Ada rintih pada nyanyi
Hadirkan mimpi ditanah batu
Burung malam beterbangan
Mengantar wajah yang kian asing
Mengapa harus diteriakkan cinta ?
Mengapa tidak DIA tahu sendiri ?
Malam sangat dingin
Menebar semarak wangi kenanga
Membangunkan PENGHUNI yang mengunci diri dihati sepi
Dipatahi NYA ranting kering
Menjadi pedang berujung tajam
Menikam dengan gemulai lembut
DIA bertamu dirumah NYA sendiri
Menyanyikan mimpi
Terbawa deras arus mengalir
Pergi semakin jauh
Tersisa hanya kerut waktu
Kelayuan tua tersia sia
Buah yang ranum tinggal kisut
Dicuci setiap malam
Dengan air bening maha dingin
Rindu tak pernah sampai keujung
Subuh telah tiba
DIA kembali kerumah NYA
Hanya meninggalkan nyanyi
Sebab besok malam DIA berkunjung kembali
Ada rintih pada nyanyi
Kaki merapi, 18 april 2018
Comments
Post a Comment