DARAH SESAJEN 1
DARAH SESAJEN
Suasana berkabung dan suara isak tangis dari keluarga ibu Inyom masim terdengar. Kemarin gadisnya ijin mau berangkatbkerja ke Jakarta. Namun malam tadi tiba-tiba mengeluh tenggorokannya sakit juga perutnya. Bahkan sempat muntah darah dan meninggal. Kematian yang tiba-tiba tentu saja membuat geger warga setempat, apalagi ini adalah anak ke tiga ibu Inyom yang secara kebetulan atau bagaimana meninggalnya hampir serupa, secara tiba-tiba.
Ibu Inyom adalah janda beranak lima semua anaknya perempuan. Dan semua anaknya bekerja di ibukota sebagai karyawan diskotik. Tidak semua memang warga di sini bila memiliki anak perempuan ibarat ladang emas, bekerja di jakarta di tempat hiburan. Entah karena daerah ini gersang sulit perekonomian atau hal lain. Indramayu ku lihat sawahpun kering, udara cukup panas karena daerah pesisir pantai utara pulau Jawa.
Bella, panggil dia seperti itu sebagai nama di Ibu kota. Adik dari Sri yang kemarin meninggal mendadak. Bela tergolong cewek cukup cantik, langsing tapi padat, tinggi tubuhnya berkisar 170cm berparas oval berkulit putih. Usianya sekitar 20 tahun. Saat itu tahun 2000 di mana ia sebagai primadona salah satu diskotik di Jakarta. Banyak tamu yang mengantrinya untuk di temani minum berjoged bahkan untuk short time. Luar biasa pengaruh paras dan fisik Bella hingga ada saja keributan di diskotik itu memperebutkanny a.
Mr. Job, panggil dia seperti itu. Keturunan chinese duda berawakan tinggi perlente. Ia mempunyai beberapa kegiatan bisnis dan selalu berpergian tidak sendiri. Biasanya tiap pergi ke tempat hiburan ia selalu bersama anakbuah dan temannya.
Mr. Job duduk di meja paling ujung sambil menikmati minuman kesukaanya, greensand. Memang Mr. Job tak suka minuman beralkohol. Tatapannya tertujunpada sosok wanita mengenakan gaun merah tanpa lengan. Lengan hingga bahu yang tak tertutup itu putih bak batu pualam dalam temaramnya lampu diskotik. Belahan dada yang sekal hingga ke rampingnya pinggul membuat mr. Job tak berkesip memandangnya. "Jempol," kata mr. Job.
Hubungan merekapun makin akrab bukan hanya sebagai pedagang dan pembeli. Lebih intinya mereka sudah menjalin asmara. Saat itu razia hiburan daerah ibukota. Termasuk diskotik tempat bella bekerja. Masukklah bella ke panti sosial. Mr. Job yang mendengar ini langsung kirim orang untuk nebus bella. Akhirnya Bella dirumahkan tinggal bersama Mr. Job. Cinta tak memandang tempat, bentuk mata ataupun hal-hal yang menurut leluhur tidak diperbolehkan.
Mr. Jo seorang bisnismen tentu selain bodyguard ia juga memiliki seorang supranatural kepercayaan. Siang itu ia begitu sibuk dari Jakarta ke Indramayu bersama sang doi karena mendapat kabar bahwa kakak Bella meninggal. Segala perlengkapan bekal di bawanya. Dua mobil pribadi bersama bodyguard meluncurlah melalui jalan pantura. Pakde, panggil saja begitu seorang supranatural di datangkan dari Klaten jawatengah.
Usai pemakaman barulah Pakde tiba di rumah orang tua Bella. Setelah keluarga Bela menceritakan yang terjadi, malam hari Pakde minta disediakan kamar kosong untuk bersemedi. Di luar rumah anak-anak muda dan tetangga melek sampai subuh, sedang Pakde bersemedi semalaman di dalam kamar. Pucat wajahnya kurang tidur. Saat pintu ruangan untuk semedi dibuka, keluarlah pakde dari pintu itu seiring aroma dupa dan bunga ritual. Mr. Job menghampiri pakde untuk menanyakan hasil semedinya. Pakde mengatakan bahwa di rumah itu ada penghuni ghoib yang meminta tumbal lima anak perawan. "Brughh..." Ibu Inyom jatuh pingsan.
Setelah tujuh hari meninggalnya Sri, Pakde meminta diadakan ritual untuk memanggil yang ghoib. Tak tanggung ayam bekisar dan cemani jadi sesajen diantara bunga tujuh rupa dan buah-buahan. Aroma candu tengkorak sesak memenuhi dada. Tepat tengah malam diantara orang-orang yang duduk bersila mengelilingi sesajen keheningan mulai mencekam. Walau di dalam ruang tengah tanpa plafon namun hanya satu lampu yang boleh dinyalakan di rumah itu. "Wushhh... Prangggg..." dari kayu wuwungan tengah cahaya merah itu keluar menyambar jendela kaca hingga ambyar. "Kejarrrr..." suara Pakde menyuruh orang-orang yang ada untuk mengejar cahaya itu. Cahaya merah menghancurkan kaca jendela melesat keluar rumah dan menghilang di antara rimbunya pohon kebon. Hanya yang memiliki mata bathin dapat mengejar keberadaan cahaya itu. "Coba cari di sekitar pohon asem itu", kata Pakde. Beberapa orang mengelilingi pohon asem besar dan rimbun sambil membawa senter. Tepat di antara cabang pohon yang besar ada benda menancap hitam tanpa cahaya. "Itu ada benda menancap di atas.." kata seorang sambil mengarahkan senternya ke atas pohon di mana benda itu berada. "Brrrrr..." sekelebat bayangan hitam menyambar benda itu. Ternyata Pakde yang mengambil benda itu. Luar biasa, benda itu menancap di pohon asem yang tingginya kira-kira enam meter, Pakdhe hanya melompat bak gagak terbang. Secepat itu pula Pakdhe membungkus benda itu dengan kain kafan.
........ lanjut??
Suasana berkabung dan suara isak tangis dari keluarga ibu Inyom masim terdengar. Kemarin gadisnya ijin mau berangkatbkerja
Ibu Inyom adalah janda beranak lima semua anaknya perempuan. Dan semua anaknya bekerja di ibukota sebagai karyawan diskotik. Tidak semua memang warga di sini bila memiliki anak perempuan ibarat ladang emas, bekerja di jakarta di tempat hiburan. Entah karena daerah ini gersang sulit perekonomian atau hal lain. Indramayu ku lihat sawahpun kering, udara cukup panas karena daerah pesisir pantai utara pulau Jawa.
Bella, panggil dia seperti itu sebagai nama di Ibu kota. Adik dari Sri yang kemarin meninggal mendadak. Bela tergolong cewek cukup cantik, langsing tapi padat, tinggi tubuhnya berkisar 170cm berparas oval berkulit putih. Usianya sekitar 20 tahun. Saat itu tahun 2000 di mana ia sebagai primadona salah satu diskotik di Jakarta. Banyak tamu yang mengantrinya untuk di temani minum berjoged bahkan untuk short time. Luar biasa pengaruh paras dan fisik Bella hingga ada saja keributan di diskotik itu memperebutkanny
Mr. Job, panggil dia seperti itu. Keturunan chinese duda berawakan tinggi perlente. Ia mempunyai beberapa kegiatan bisnis dan selalu berpergian tidak sendiri. Biasanya tiap pergi ke tempat hiburan ia selalu bersama anakbuah dan temannya.
Mr. Job duduk di meja paling ujung sambil menikmati minuman kesukaanya, greensand. Memang Mr. Job tak suka minuman beralkohol. Tatapannya tertujunpada sosok wanita mengenakan gaun merah tanpa lengan. Lengan hingga bahu yang tak tertutup itu putih bak batu pualam dalam temaramnya lampu diskotik. Belahan dada yang sekal hingga ke rampingnya pinggul membuat mr. Job tak berkesip memandangnya. "Jempol," kata mr. Job.
Hubungan merekapun makin akrab bukan hanya sebagai pedagang dan pembeli. Lebih intinya mereka sudah menjalin asmara. Saat itu razia hiburan daerah ibukota. Termasuk diskotik tempat bella bekerja. Masukklah bella ke panti sosial. Mr. Job yang mendengar ini langsung kirim orang untuk nebus bella. Akhirnya Bella dirumahkan tinggal bersama Mr. Job. Cinta tak memandang tempat, bentuk mata ataupun hal-hal yang menurut leluhur tidak diperbolehkan.
Mr. Jo seorang bisnismen tentu selain bodyguard ia juga memiliki seorang supranatural kepercayaan. Siang itu ia begitu sibuk dari Jakarta ke Indramayu bersama sang doi karena mendapat kabar bahwa kakak Bella meninggal. Segala perlengkapan bekal di bawanya. Dua mobil pribadi bersama bodyguard meluncurlah melalui jalan pantura. Pakde, panggil saja begitu seorang supranatural di datangkan dari Klaten jawatengah.
Usai pemakaman barulah Pakde tiba di rumah orang tua Bella. Setelah keluarga Bela menceritakan yang terjadi, malam hari Pakde minta disediakan kamar kosong untuk bersemedi. Di luar rumah anak-anak muda dan tetangga melek sampai subuh, sedang Pakde bersemedi semalaman di dalam kamar. Pucat wajahnya kurang tidur. Saat pintu ruangan untuk semedi dibuka, keluarlah pakde dari pintu itu seiring aroma dupa dan bunga ritual. Mr. Job menghampiri pakde untuk menanyakan hasil semedinya. Pakde mengatakan bahwa di rumah itu ada penghuni ghoib yang meminta tumbal lima anak perawan. "Brughh..." Ibu Inyom jatuh pingsan.
Setelah tujuh hari meninggalnya Sri, Pakde meminta diadakan ritual untuk memanggil yang ghoib. Tak tanggung ayam bekisar dan cemani jadi sesajen diantara bunga tujuh rupa dan buah-buahan. Aroma candu tengkorak sesak memenuhi dada. Tepat tengah malam diantara orang-orang yang duduk bersila mengelilingi sesajen keheningan mulai mencekam. Walau di dalam ruang tengah tanpa plafon namun hanya satu lampu yang boleh dinyalakan di rumah itu. "Wushhh... Prangggg..." dari kayu wuwungan tengah cahaya merah itu keluar menyambar jendela kaca hingga ambyar. "Kejarrrr..." suara Pakde menyuruh orang-orang yang ada untuk mengejar cahaya itu. Cahaya merah menghancurkan kaca jendela melesat keluar rumah dan menghilang di antara rimbunya pohon kebon. Hanya yang memiliki mata bathin dapat mengejar keberadaan cahaya itu. "Coba cari di sekitar pohon asem itu", kata Pakde. Beberapa orang mengelilingi pohon asem besar dan rimbun sambil membawa senter. Tepat di antara cabang pohon yang besar ada benda menancap hitam tanpa cahaya. "Itu ada benda menancap di atas.." kata seorang sambil mengarahkan senternya ke atas pohon di mana benda itu berada. "Brrrrr..." sekelebat bayangan hitam menyambar benda itu. Ternyata Pakde yang mengambil benda itu. Luar biasa, benda itu menancap di pohon asem yang tingginya kira-kira enam meter, Pakdhe hanya melompat bak gagak terbang. Secepat itu pula Pakdhe membungkus benda itu dengan kain kafan.
........ lanjut??
Comments
Post a Comment