KKN DI PETANAHAN

KKN di Petanahan oleh joe viar Tiap malam merasa ada panggilan ke laut, perjalanan dari rumah kepala desa sampai kelaut kalau jalan kaki cuma 15 menit, hingga akhirnya tiap malam datang kesana, biasanya jam 1-3 malam. Hari ke 3 berdiam diri di pantai Petanahan, terlihat bayangan teman sekamar buka buka tas dan ambil uang di dompetku. Segera aku kembali ke kamar, ternyata benar tasku sudah acak acakan, dan dia pura pura tidur, aku buka dompetku, uang cash ku abis! Tak tersisa! "Yang ngambil uang di dompetku, dia akan selalu merasa kebelet pipis tapi gak bisa pipis sampai dia ngaku!" Kataku bicara sendiri. Kawanku Palupi masih pura pura tidur, aku diamkan saja, kemudian aku tidur disampingnya. Keesokan harinya aku bangun kesiangan, aku dibangunkan Bu lurah yang nota bene aku kost ditempat beliau. Aku gak pake acara mandi lagi cuci muka make up tipis tipis semprat semprot parfum cuss ke kantor DISBUN. Apesnya, di jalan aku melihat anak sapi mata kami beradu, aku lanjutkan jalan dia ikut jalan aku berhenti dia ikut berhenti, dan ini... Ini yang aku gak suka, tiba tiba dia ngejar aku, akupun pontang panting lari, yang akhirnya naik ke pagar orang! Kampret!! Horor bener!! Orang orang disana mengusir sapi itu dan berusaha menahan tertawa mereka. Hadeuh dosa apa yang telah aku lakukan ya Tuhan, sesampainya dikantor DISBUN, mereka sudah kumpul dan tiba tiba tawa mereka meledak! Aku kebingungan tengak tengok ada apa, kenapa mereka tertawa, ternyata ada tiga ekor kambing ngikutin aku dan masuk kantor! Aku kaget setengah mati kenapa pada ngikut, tadi sapi sekarang kambing, tapi saat aku perhatikan wajah kambing itu aku lebih kaget lagi, wajah wajah itu seperti ketakutan, bingung dan ... Kalau bisa bicara mungkin mereka ingin minta tolong. Aku tak bisa fokus dengan tugasku, otakku masih melayang ke wajah kambing kambing itu, kenapa bukan wajah cowok ganteng yang ganggu aku coba, seperti adeknya pak lurah misalnya, ngarep kan akunya, hadeuuuh. Keesokan harinya rumah pak lurah di gedor beberapa orang dan mereka melaporkan ada sapi peliharaan yang mati tapi terlihat bekas gigitan di lehernya, sapi mati kering! Setelah mendengar beberapa laporan, akhirnya dibuat tugas ronda saling berjaga jaga, tapi tetap kecolongan, ada saja binatang peliharaan yang mati kering. Malam ini seperti biasa aku berjalan sendiri ke pantai Petanahan, tapi kali ini aku seperti diikuti tapi berkali kali nengok kebelakang tak ada satu orangpun, pas sampai di salah satu rumah warga, dikandang sapi mereka sangat berisik, aku ingat laporan warga jadi aku perhatikan apa yang terjadi. Di ujung Utara aku melihat sepasang mata berwarna merah sedang memperhatikan aku, bau amis mulai masuk ke hidungku, makin lama makin menyengat. Aku datangi sepasang mata itu karena aku tak melihat badan dari mata itu. Sesampainya di belakang kandang sapi, kami berhadapan, kakiku dingin semua, bagaimana tidak? Seumur hidup baru kali ini melihat makhluk seperti ini. Mata merah, rambut panjang acak acakan, hanya kepala saja dan organ dalam tanpa tubuh, astaghfirullah!! Sepasang mata merah itu seperti marah padaku, kepala itu bergoyang dan dengan cepat menuju kearahku, karena tidak menyangka kepala itu hampir menggigit leherku, kami berjibaku! Aku pegangin rambutnya sekuat tenaga, dan kami bergulingan, saat aku hempasan bogem mentah ku ke wajahnya, dan kaki aku mengenai organ dalamnya dia menjerit melengking! Aku tak perduli, terus ku pegangin kepala itu, sambil berteriak memanggil warga! Tapi warga seperti kena sirep, tak ada satupun yang mendengar teriakanku, tak pikir panjang lagi aku bawa kepala itu ke rumah pak lurah, sesekali kepala itu berusaha menyerangku tapi lagi lagi aku hempaskan bogem mentah ku, aku yakin banget kalau makhluk ini biang kerok dari matinya binatang binatang peliharaan. Sebelum sampai di rumah pak lurah aku melewati pos ronda, akupun berjalan kesana, warga yang melihatku teriak. "Demit!! Demiiiittttt!!" Dia lari tunggang langgang, kampret kan aku dikatain demit! Sementara warga yang lain malah ikutan kabur, terpaksa aku lanjut ke rumah pak lurah. "Pak... Ini Rannie! Bapaaaak buka pintu, Rannie takut paaak!" Kataku mulai putus asa. Untunglah tak seberapa lama, pintu terbuka tapi pak lurah sampai mundur beberapa langkah. "Bapak, ih ini Rannie paaak, ihh buruan pegang ini!" Kataku Lampu ruang tamu dinyalakan istri pak lurah, dan beliau melihat kearahku tapi tak lama jatuh pingsan! Pak lurah membangunkan pembantunya dan ketok pentungan untuk mengumpulkan warga, dan dengan segera mereka berkumpul mengelilingi aku, mereka gak tau akupun takut sebenarnya, karena makhluk ini berkali kali menggeliat berusaha melepaskan diri. Untung ada sesepuh yang mengambil alih kepala ini, entah apa yang dibaca sesepuh itu, tiba tiba ada satu warga yang langsung sujud di depanku dan minta tolong melepaskan kepala itu. Tentu saja orang itu diinterogasi sama pak lurah. "Kenapa Bu?" Kata pak lurah "Suami saya hampir mati, tolong lepaskan makhluk itu, nanti suamiku mati!" Kata ibu itu "Memangnya hubungannya apa?" Kata pak lurah lagi. "Suami saya melakukan pesugihan, dan memakai makhluk itu sebagai alatnya, jika makhluk itu mati, suami saya juga mati, saya atas nama suami saya mohon maaf pada warga semua, maafkan suami saya! Tolong lepaskan makhluk itu!" Aku yang mendengar itu terduduk lemas, tak berdaya. Makhluk mengerikan itu yang hampir merenggut nyawaku ternyata sebuah cara mencari kekayaan bagi seseorang, marah geram dan rasa kasihan campur aduk. "Rannie, mandilah ganti bajumu." Kata pak lurah. Saat pak lurah bilang ganti baju baru aku memperhatikan bajuku, ternyata hampir bsmeua bajuku basah darah, entah dari mana! Akupun segera berlari ke dalam. Sedangkan sesepuh itu yang menyelesaikan kejadian itu, aku merasa tak punya kapasitas apapun untuk ikut campur urusan warga disini. Saat selesai mandi aku kembali berkumpul dengan warga, di sana juga ada kawan kawan yang sedang KKN termasuk Palupi. Palupi dengan muka merah berjalan kearahku. "Ran maafin aku, aku yang ambil uang kamu, empat hari ini aku meriang, gak bisa pipis, please, maafin aku!" Pak lurah menyela pembicaraan kami. "Kamu? Ambil uang dari Rannie?" "Iya pak?" "Rannie kamu gak pernah mau makan di rumah karena kamu merasa gak megang uang?" Tanya pak lurah. "Iya pak." Sahutku "Terus tiga hari ini kamu makan dimana?" "Puasa pak." Sahutku "Astagaaaaaa Rannie kenapa gak bilang?" Aku cuma terdiam ditanya pak lurah, tapi aku memeluk Palupi dan berkata. "Aku sudah tahu kamu yang ambil, aku minta maaf sempat nyumpahin seperti itu, aku yang salah." Kataku. Setelah aku bicara begitu tiba tiba Palupi melepas pelukanku dan lari ke kamar mandi. Ahhhh akhirnya semua baik baik saja, semoga tak ada lagi yang aneh aneh. Syukurku padamu Illahi Robbi.

Comments

Popular posts from this blog

Opor ayam kuning spesial

Sop tahu udang

Kuntilanak diperumahan kosong